Peninggalan Sejarah Kota Singaraja
Tuesday, March 3, 2020
Edit
Haii GM Team !!!
Setelah kita mempelajari tentang Trigonometri materitrigonometri sekarang untuk menambah pemahaman kalian tentang peninggalan sejarah yang ada di kota mimin mau tahu yok disimak !!!
BULELENG REGENCY
Yang pertama yaitu :
1. JEMBATAN BELANDA
Bangunan peninggalan Belanda banyak menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik. Apalagi, bangunan Belanda memiliki tingkat ketahanan tinggi dan terlihat begitu megah. Anda pun bisa menengok secara langsung bangunan peninggalan Belanda di Bali. Salah satunya adalah Jembatan Belanda di Singaraja yang berlokasi di eks Pelabuhan Singaraja.
Jembatan ini memiliki nama asli Jembatan Kampung Tinggi. Keberadaannya menjadi sarana untuk penyeberangan warga. Hanya saja, jembatan ini menjalankan fungsinya sebagai tempat penyeberangan orang, bukan kendaraan bermotor. Apalagi, di tengah-tengah jalan masuk menuju jembatan, tertambat tiang lampu yang menjadi penghalang kendaraan bermotor.
Jembatan Belanda di Singaraja Berdiri Kokoh Meski Telah Berusia Tua
Tidak ada catatan sejarah mengenai asal-usul dari jembatan tua ini. Apalagi, tidak ada prasasti yang biasa menjadi sumber informasi pendirian bangunan di jembatan ini. Masyarakat serta para tetua dari Kota Singaraja, hanya mengetahui bahwa Jembatan Belanda di Singaraja ini sudah ada sejak mereka masih kecil. Jembatan ini dibangun oleh Belanda di atas Sungai atau Tukad Buleleng.
Desain dari jembatan ini juga terlihat begitu megah. Tiang penyangga dari jembatan ini terlihat begitu kokoh dan berukuran besar, mengindikasikan unsur Eropa yang begitu kental. Pembangunan Jembatan Belanda di Singaraja ini juga terlihat begitu sungguh-sungguh. Sebagai buktinya, jembatan ini masih tetap bisa disaksikan berdiri dengan megah, meskipun kondisinya sudah agak usang.
Keusangan jembatan ini terlihat karena pemeliharaannya yang memang begitu kurang. Cat yang ada pada dinding jembatan sudah banyak yang mengelupas dan menghitam. Meski begitu, keusangan jembatan tidak membuatnya terlihat jelek. Suasana vintage masih tetap terasa di jembatan ini. Dengan suasana vintage yang ada, tidak heran kalau tempat ini menjadi destinasi wisata instagramable yang asyik di Singaraja.
2. RUMAH TUA PENINGGALAN KOLONIAL BELANDA
Keberadaan rumah tua peninggalan kolonial Belanda di zaman penjajahan, sangat banyak di Buleleng. Hingga saat ini rumah-rumah tua masih berdiri kokoh, dan ini bisa menjadi ciri khas Kabupaten Buleleng. Sebab, rumah tua yang ada di Buleleng mempunyai nilai historis tinggi.
Karena pada zaman Belanda, Buleleng merupakan pusat perdagangan dan pemerintahan. Pelabuhan Buleleng menjadi pelabuhan pertama di Bali saat itu.
Sayang, hingga kini bangunan-bangunan bersejarah yang menambahkan kekayaan budaya Buleleng belum mendapat perhatian serius dari Pemkab Buleleng. Dinas Kebudayaan (Disbud) menyadari hal itu dan dalam waktu dekat akan segera melakukan inventarisasi rumah-rumah tua peninggalan Belanda itu.
Kadisbud Buleleng, Drs Putu Tastra Wijaya, MM, di ruang kerjanya, Kamis (20/4/2017) menjelaskan bahwa untuk melakukan inventarisasi rumah-rumah tua peninggalan Belanda itu, Disbud Buleleng berencana akan membentuk tim khusus.
Kadisbud Tastra Wijaya mengatakan, rumah tua yang dimiliki Buleleng harus dilestarikan dan dirawat dengan benar. Sebab, cukup banyak nilai-nilai historis yang terkandung dalam peninggalan rumah tua tersebut.
“Kami akan segera membentuk tim untuk mencari data faktual, tentang keberadaan rumah tua yang ada di Buleleng. Karena di Bali, di Kota Singaraja paling banyak diwarisi rumah tua peninggalan kolonial, sehingga ini perlu diperhatikan,” jelas Tastra Wijaya.
“Banyak ada di Singaraja (Rumah Tua, red). Kenapa tidak direnovasi? Hal ini karena, bangunan-bangunan itu yang direnovasi milik Pemerintah atau yang sudah menjadi milik Pemerintah. Kalau tidak milik Pemerintah, kecuali itu masuk Cagar Budaya, baru kami bisa renovasi,” tambahnya.
Untuk itu ke depan, Tastra Wijaya mengaku, akan melakukan invetarisir bangunan tua peninggalan Belanda tersebut untuk selanjutnya dapat usulkan sebagai cagar budaya. Sehingga, mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat atau daerah untuk perawatan rumah tua yang ada di Buleleng.
“Untuk program tahun depan, kami akan segera invetarisir rumah atau bangunan tua yang ada di Buleleng, untuk kami usulkan sebagai cagar budaya. Sehingga, akan mendapatkan bantuan dari Kementerian, untuk perawatan rumah tua itu,” pungkas Tastra Wijaya. (frs/ngr)
3. TUGU YUDHA MANDALATAMA
Tugu Yudha Mandala Tama, Eks Pelabuhan Buleleng: Mengenang Sejarah
Jauh sebelum Bali terkenal, Singaraja pernah menjadi bagian dalam memperjuangkan kemerdekaan. Bukti nyata itu ada pada destinasi kebanggaan di wilayah pesisir Singaraja. Terdapatlah Pelabuhan Buleleng yang punya riwayat perjuangan kemerdekaan. Di tahun 2000-an belum seramai dan serapi ini. Masih banyak kapal-kapal ikan dan barang yang mampir merapat di sini. Sekarang, Pelabuhan Buleleng telah bersolek diri. Pelabuhan Buleleng telah disulap menjadi tempat nongkrong kawula muda dan pelancong dalam kota. Bagi saya, tempat ini favorit. Bersenandung ria sembari menanti fajar kembali ke peraduan. Menjemput malam dengan sambutan para bintang yang bertaburan. Semilir ombak menyisir rambut dengan sepoi. Deburan suaranya adalah musik alam yang indah. Syahdunya senja kala itu.
Tepat di antara bangunan-bangunan bersejarah lainnya, berdiri gagah seorang prajurit muda kekar dengan bambu runcing di tangan kanannya. Di sini, masyarakat setempat melawan pemerintahan Belanda. Di sini pula, masyarakat setempat menunjukkan keberaniannya dengan cara merobek warna biru pada bendera Belanda. Atas peristiwa itu, pada tahun 1987 pemerintah Singaraja membangun Tugu Yudha Mandala Tama.
Patung Tugu Yudha Mandala Tama masih berdiri gagah dengan merah putih di tangan kanannya. Saya meragukan, adakah setiap wisatawan yang datang ke sini kemudian mengenal riwayatnya? Bangunan tua yang kejayaannya berangsur ditinggalkan. Tapi memang, pada kenyataannya alam di sini cukup indah. Paling tidak, Pelabuhan Buleleng masih ramai didatangi pelancong yang berburu kuliner di restoran apung atau sekadar menyesapi semilir angin sore berlatar senja.
4. KLENTENG LING GWAN KIONG
terdapat pula sebuah klenteng dengan arsitektur bergaya oriental yang dikenal dengan nama Ling Gwan Kiong, tempat ibadah Tri Dharma (Tao, Buddha, dan Kong Hu Cu) yang sampai sekarang masih aktif digunakan untuk tempat berdoa. Sementara itu, beberapa langkah saja menuju barat, terdapat kampung pesisir yang dinamakan Kampung Bugis yang mayoritas masyarakatnya adalah muslim. Betapa Singaraja membuktikan, bersahajanya hidup berdampingan di antara umat yang berbeda agama.
Masjid Kuno dan Masjid Jami’ Singaraja, Membaca Sejarah Islam di Buleleng
Sejak 1800-an, pengaruh Islam di Singaraja sudah sangat terasa. Lalu mengapa masjid kemudian menjadi tempat yang menarik bagi saya? Bukan lain karena sejarah dan peninggalan para Raja Buleleng. Adalah Gusti Ngurah Ketut Jelantik Celagi yang menjadi bagian memperkaya sejarah berdirinya Masjid Jami’ lewat pemberian Al-Qur’an pusaka. Dikatakan Al-Qur’an pusaka karena kitab ini diperkirakan ditulis pada 1820 pasca Perang Saudara. Sementara Masjid Kuno, adalah masjid tertua di Pulau Bali.
5. MASJID AGUNG JAMIK
Masjid Agung Jamik Singaraja adalah sebuah masjid bersejarah di Jalan Imam Bonjol, kelurahan Kampung Kajanan, Kabupaten Buleleng, Bali, Indonesia. Menurut candrasengkala yang pernah ditemukan, masjid ini didirkan pada tahun 1654 Masehi. Masjid ini menjadi kebanggaan masyarakat Singaraja, karena nilai sejarahnya yang menjadi saksi masuknya agama Islam di Bali.
Sejarah masjid ini tak bisa dilepaskan dari peran Raja Buleleng A.A. Ngurah Ketut Jelantik Polong (putra A.A. Panji Sakti, raja Buleleng I) yang beragama Hindu. Pintu kayu berukir warna hijau di gerbang masjid pada foto di atas merupakan pemberian dia ketika masjid tersebut pertama kali dibangun. Masjid ini didirikan pada tahun 1846M pada masa pemerintahan Raja Buleleng A.A. Ngurah Ketut Jelantik Polong (putra A.A. Panji Sakti, raja Buleleng I). Dia seorang penganut agama Hindu Bali, maka pengaturan pelaksanaan dan ke-pengurusannya diserahkan kepada saudaranya yang beragama Islam bernama A.A. Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie dan Abdullah Maskati.
Masjid Agung Jami' Singaraja ini menjadi salah satu saksi bisu begitu indahnya toleransi beragama di Pulau Dewata sejak pertama kali Islam Masuk ke Pulau Bali hingga detik ini. Masjid Agung Jamik Singaraja hingga kini masih menyimpan kitab Alqur’an tulisan tangan A.A. Ngurah Ketut Jelantik Tjelagie dan Sampai sekarang masih ada keturunan dia dan tetap menggunakan nama Gusti walaupun memeluk agama islam.
Awalnya, masjid ini hanya berupa sekepat–tempat salat khusus bagi para saudagar yang kebetulan lewat. Kemudian, sekepat yang terletak di Muara Tukad Buleleng ini, oleh Sunan Parapen, seorang penyebar Islam yang hendak pergi ke Lombok, diperbaiki dan dibangun menjadi sebuah masjid.[3]
Masjid menempati lahan seluas 1980 m2 dan dikelilingi pagar besi. Masjid Agung Jamik juga memiliki sebuah Kori atau pintu gerbang utama yang merupakan pemberian I Gusti Anglurah Ketut Jelantik VIII. Pintu gerbang ini langsung dipindahkan dari Puri Buleleng dan dipasang didepan Masjid. Pintu masuk ke halaman masjid terdapat di sebelah timur merupakan hadiah dari raja Buleleng. Pintu tersebut adalah bekas pintu gerbang puri kerajaan Buleleng. Atap Masjid berbentuk limasan pada setiap sudut terdapat ukiran cungkup (seperti sulur) enam buah. Selain itu, pintu mempunyai dua daun pintu berupa teralis besi.
Di sebelah utara bangunan induk terletak ruang sekretariat berukuran 6,5 × 14,5 m. Bangunan bertingkat dua yang terdiri dari ruang sekretariat di bagian atas dan tempat wudhu serta toilet di bagian bawah. Ruangan mempunyai pintu dan jendela dengan lengkungan di bagian atasnya. Atapnya tidak menyatu dengan bangunan induk, merupakan atap rata.
Di depan bangunan induk terdapat menara berbentuk bulat dengan jendela berbentuk persegi panjang dengan pelipit di atasnya. Bentuk pelipit tersebut lengkungan dan bentuk garis datar. Menara mernpunyai bingkai di badan. Bagian atasnya berbentuk segi delapan dan terdapat ruangan dengan lubang angin pada setiap segi tersebut.
SEKIAN DULU DARI MIMIN SOALNYA MIMIN LAGI BELAJAR NIH !!!OKE
dan follow my IG : klik here !!!
Dan untuk materi trigonometri : klik disini !!!
sastra deputra klik disini
deputra pamit and
--THANK'S FOR COMING !!--
Related Posts